Senin, 25 Januari 2010

DILEMA TAYANGAN SINETRON INDONESIA

Dulu kehadiran tayangan sinetron di beberapa televisi di Indonesia dianggap sebagai pahlawan yang berhasil menggeser dominasi film-film asing yang merajai dunia per-film-an nasional. Hampir seluruh gedung bioskop yang eksis saat itu dikuasai oleh film-film asing, sedangkan produksi film nasional benar-benar lesu. Tidak hanya di kancah film layar lebar, film di televisi-pun dikuasai dengan penayangan film asing, terutama film India dan Hongkong. Kalaupun ada film nasional yang eksis, mayoritas adalah film nasional kategori film panas [hot] yang cukup laris manis di putar di bioskop-bioskop skala menengah kebawah. Bahkan di beberapa gedung bioskop skala kecil [bioskop pinggiran], untuk mendongkrak jumlah penonton film, maka konon ditengah pemutaran sebuah film nasional disisipi dengan penayangan potongan film kategori triple X [porno] dengan durasi sekitar 5 sampai 10 menit. Hal ini sungguh memprihatinkan dunia per-film-an kita.
Kini, sinetron berhasil menjadi tuan rumah wajah per-film-an di negeri sendiri. Tayangan siaran televisi didominasi oleh sinetron nasional. Bioskop-bioskop yang dulu berjaya, kini banyak yang gulung tikar, hanya bioskop jaringan 21 [twenty one] yang masih bertahan, itupun jumlahnya sangat terbatas. Sinetron nasional yang dulu sangat dielu-elukan, kini banyak menuai protes, perdebatan dan topik pembicaraan di media massa. Penyebabnya, konten sinetron Indonesia tidak layak ditonton oleh semua kalangan, terutama oleh anak-anak. Sinetron dengan tema/unsur kebencian, kejahatan, kekerasan dan dendam sangat mendominasi dalam setiap episode tayangan. Tampaknya mutu isi cerita bukan menjadi tujuan utama, yang diprioritaskan hanya kejar tayang. Kalau hal ini dibiarkan oleh pemerintah, dapat merusak moral anak-anak Indonesia [generasi masa depan bangsa]. Tema kebencian, kejahatan, kekerasan, dan dendam, sering dibalut dengan judul cerita tang terkesan religi.
Apakah sudah separah ini kualitas penulis cerita/skenario dan sutradara nasional? Sebenarnya masih ada cerita sinetron yang bagus dan bermutu, misalnya: Ayat-ayat cinta, Para Pencari Tuhan, dan lain-lain. Biasanya sinetron dengan cerita lepas [tidak bersambung] kontennya sangat bagus. Sedangkan sinetron bersambung atau yang sengaja disambung-sambung dan ber-seri, isi ceritanya amat sangat tidak layak untuk ditonton. Ada juga sinetron atau tayangan yang isi ceritanya mengekspose lakon berperilaku banci/waria menjadi trend hangat dengan rating tinggi. Ironisnya cerita yang begini ini cukup tinggi ratingnya, sehingga menarik dunia usaha untuk memasang iklan atau pesan sponsornya.
Diamkah pemerintah melihat kenyataan ini, rela-kah para pemimpin negara ini melihat kemerosotan moral generasi muda bangsa, atau justru para pemimpin bangsa tersebut yang mengalami degradasi moral.
Mari kita selamatkan masa depan bangsa ini ....
.

Tidak ada komentar: